Tebar Bahagia melalui Buka Puasa Bersama (Spreading Out the Happiness thru Break the Fasting Together)
By @icha.elfkirsch - May 22, 2020
Peace be upon you,
as well as the mercy of God and his blessings…
Putri is in the right of me |
Hi
Gengs, kemarin sore pada tanggal 21 Mei 2020, aku dan Gendatz berkunjung
kerumah Putri untuk berbuka puasa bersama. Siapa sih Putri? Nah, Putri adalah
salah satu siswi di SD Juara yang mendapatkan pendidikan gratis, dikarenakan
Putri adalah salah satu siswi yang tergolong dhuafa. Gadis cilik nan cerdas ini
tinggal bersama bunda dan adik lelakinya disebuah rumah kecil berukuran 4x4
meter persegi.
Hi Gengs, yesterday on May 21st, 2020, Gendatz
and I visited the Putri's house to break the fast together. Who is Putri? Well,
Putri is one of the students at Juara Primary School who gets free education
fee because Putri is one of the dhuafa (poor people). This smart little girl
lives with her mother and younger brother in a small 4x4 square meter house.
Dedek Tungga and Miss Icha |
Wait!
Ada cerita dibalik berbuka puasa bersama ini. Kita flashback dulu ya gengs
sebentar. Pada tanggal 9 Mei 2020, aku berinisiatif untuk membagikan sembako
dari donatur kepada beberapa murid SD Juara bersama Gendatz dan Kak Pandhu –
salah satu staff di SD Juara. Sekitar pukul 9.00 pagi, aku dan Gendatz membeli
5 paket sembako di Gross Mart Piayu. Setelah itu Kak Pandhu mengantarkan kami
kerumah-rumah yang dituju – dari rumah Rhabil & Balqis, Tungga, Putri,
Arul, dan terakhir kami berkunjung ke rumah Asyifa. Kelima anak ini sudah tidak
mempunyai ayah lagi untuk menemani perjalanan hidup mereka. Hanya ibu tunggal
yang sekaligus menjadi ayah untuk mereka – mencari nafkah serabutan agar tetap
bisa bertahan hidup dan memperjuangkan cita-cita anak-anak mereka. Dari rumah
ke rumah, mendengar cerita perjuangan hidup mereka. Terhanyut sungguh tapi ku
tahan air mata agar tak jatuh membasahi pipiku. Di akhir cerita, bunda-bunda
ini tersenyum dan menyelipkan guyonan khas ala emak-emak. Oke, kuambil
pelajaran hidup disini. Jangan mengeluh! Jangan menyerah! Allah selalu ada dan
memberikan jalan keluar disetiap masalahmu. Kamu bisa! Bertahanlah!
Wait! There is a story behind this breaking the fast.
Let's do flashback, okay. On May 9th 2020, I took the initiative to
distribute daily need packages from donors to some of Juara Primary School
students with Gendatz and Kak Pandhu - one of the staff at Juara Primary
School. At around 9:00am, Gendatz and I bought daily need packages in Gross
Mart Piayu. Then, Kak Pandhu drove us to the houses we were going to – from the
house of Rhabil & Balqis, Tungga, Putri, Arul, and finally we visited
Asyifa's house for the last. These five children no longer have father who can
accompany their life journey. Only single mothers who at the same time become
fathers also to them - looking for odd jobs in order to stay alive and fight
for their children’s dreams. From house to house, listening their struggle
stories. I felt so melancholy but I kept my tears from falling down on my
cheeks. At the end of the story, these mothers smiled and gave a typical mom
jokes. Okay, I'm taking life lessons here. Do not complain! Do not give up!
Allah is always be there for you and show you the way out in every problem you
have. You can! Bear up!
Juara Primary School students and the education volunteers - Miss Icha, kak Sela, and Kak Dwi |
Aku
pribadi, sayang banget sama anak-anak ini – mereka menggemaskan, aktif, cerdas,
dan juga paham akan keadaan keluarganya yang kurang mampu. Mayoritas anak-anak
SD Juara merupakan anak yatim dan dhuafa. Disitulah hati ini terpatri untuk
mengajar di English Club-nya SD Juara secara sukarela sejak tahun 2017. Aku
sangat berterimakasih kepada Pak Shofar (Ex – Kepala Sekolah SD Juara) yang
telah mengajak aku ikut andil dalam program pendidikan ini. Tanpa beliau,
mungkin aku tak pernah mengenal anak-anak hebat ini. Dan aku ucapkan
terimakasih kepada temen-temen yang telah sudi meluangkan waktunya untuk
membantuku mengajar Bahasa Inggris untuk mereka, kepada donator juga yang
ikhlas menyisihkan uangnya untuk memberikan mereka hadiah dan snack selama
belajar mengajar. Anak-anak itu paling suka dikasih snack dan hadiah. Tawa dan
senyum mereka pecah sesaat dikelas. Sesederhana itu ya bahagia mereka. Masha
Allah.
I
personally love these children much - they are adorable, active, smart, and
understand the circumstances of their underprivileged families. The majority of
Juara Primary School students are orphans and dhuafa. That is why my heart
wants to devote in teaching English at English Club of Juara Primary School
voluntarily since 2017. I am very grateful to Mr. Shofar (Ex - Principal of
Juara Primary School) for inviting me to take a part in this education
volunteering program. Without him, maybe I would never know these amazing
children. I thank my friends too who have been willing to take their time to
help me teaching English for them, to donors who also willingly to give them
gifts and snacks during teaching and learning. The children do love to be given
snacks and gifts. Their laughter and smile sounded loud breaking the room for a
moment. Their happiness is simple as it is. Masha Allah.
Flashbacknya
belum berhenti disitu ya. Kita lanjut lagi. Hahaha. Pada tanggal 16 Mei, Receh
Kitchen open PO untuk terakhir kalinya dibulan Ramadhan. Setelah selesei
pengantaran, buka puasa, dan sholat maghrib, Receh Squad (Kak Gi, Gendatz, dan
aku) seperti biasa, saling berbagi pengalaman hidup dan sampailah aku bercerita
ke mereka tentang perjalananku membagikan sembako kepada beberapa anak SD
Juara. Mereka begitu menghayati ceritaku. Akhirnya, aku berinisiatif mengajak
mereka untuk berbagi bahagia bersama Putri – pada saat itu bundanya
menceritakan cerita hidup yang membuatku terdiam membisu mendengarkan. Kak Gi
dan Gendatz tanpa ragu mengiyakan ajakanku. Bersyukur banget punya temen-temen
seperti mereka. Malaikat-malaikat tak bersayapku. Sayang kalian pokoknya. Peluk
cium.
The flashback has not stopped there yet. We continue
yach. LOL. On May 16, Receh Kitchen opened PO for the last time in the month of
Ramadan. After finishing the delivery, breaking the fast, and performing
Maghrib prayer, Receh Squad (Kak Gi, Gendatz, and me) as usual, shared life
experiences and I told them about my journey of distributing daily need
packages to some Juara Primary School students. They lived my story.
Finally, I took the initiative to invite them to share a simple happiness to Putri - at that time,
her mother told me a life story that left me speechless listening. Kak Gi and
Gendatz unhesitatingly agreed to my invitation. I am very grateful to have
friends like them. My wingless angels. Love you much, gengs. Xoxo.
Well,
kita balik lagi ke buka puasa bersama Putri. Akhirnya ya kan, cerita yang
ditunggu-tunggu dimulai. Kami membawa se-bucket KFC dan lain-lain untuk
disantap bersama di rumah Putri. 10 menit sebelum adzan, kami baru tiba
dirumahnya karena harus menunggu hujan reda dan pake acara nyasar juga.
Hahahaha. Btw, ini kak Gi nggak bisa ikut karena daerah Batu Aji masih hujan
lebat. Gini nih Batam gengs, hujannya lokal. Hahaha.
Well, we go back to breaking the fast with Putri.
Finally, right, the long-awaited story begins. We brought a bucket of KFC and
others to eat together at Putri's house. 10 minutes before adzan, we just
arrived at his house because we had to wait for the rain to stop and got lost
to find her house. LOL. Btw, kak Gi couldn’t join this agenda because Batu Aji
area is still raining heavily. This is Batam, we have a very irritating local
rain. LOL.
KFC on banana leaf. Berasa makan pecel, gengs. |
Sesampai
dirumahnya, kami disambut dengan senyum hangat oleh Putri, Taufik – si bontot,
dan Bundanya Putri. Kami masuk kerumah dan mulai menghidangkan menu buka puasa.
Ada ayam KFC, nasi pulen, sambel cabe setan tomat ala miss Icha (Saus KFC nggak
ada rasa pedesnya jadi kurang greget makannya), sayur bening, es kelapa muda,
kurma, pudding cokelat, dan semangka. Tetiba, bundanya Putri ijin keluar
sebentar dan balik-balik nge-bawa daun pisang, “Makannya pake daun pisang ya
kak, nggak ada piring soalnya”. Aku kaget tertegun dalam diam dan Gendatz pun
mencoba memecahkan keheningan yang ada, “Nggak apa ibu. Aman. Malah lebih enak
makan beralaskan daun pisang.” Aku pun tersenyum merasa tak enak. Baru pertama
kali ini gengs, makan KFC beralaskan daun pisang. Enak juga sih dan ada
seru-serunya gitu. Hahahaha. Cuma sedikit kaget aja tadi, nggak ada piring, sendok
pun cuma ada satu dua. Bayangkan!
Arriving at her house, we were welcomed with a warm smile
by Putri, Taufik - the youngest, and the Putri’s mom. We entered the house and
began serving an iftar menu. There were KFC chicken, fluffier rice, Sambel with
devil chili and tomato ala Miss Icha (KFC sauce has no spicy at all, that's why
I made my own spicy sambal), vegetables, young coconut ice, dates, chocolate
pudding, and watermelon. Putri’s mom went out a moment and back carrying a
banana leaf, "We will eat it on the banana leaf because there is no
plate". I was stunned in silence and Gendatz tried to break the silence,
"It's okay, mom. Take it easy. It's even tastier to eat on a banana
leaf." I smiled feeling uncomfortable. That was the first time eating KFC
on banana leaves. It's fine and there's an excitement also. LOL. Just a little
shocked earlier, there were no plates; there were only one or two spoons also.
Can you imagine it!
Miss Icha, Gendatz, Putri's mom, and Putri |
Setelah
berbuka puasa, kami menuju masjid terdekat untuk melaksanakan sholat maghrib.
Bundanya Putri menganjurkan untuk sholat di masjid dikarenakan tidak adanya air
dirumah Putri untuk berwudhu. Air bersih didapat oleh Bundanya Putri dari sumur
tetangga yang jaraknya cukup jauh dari rumah. Luar biasa tenaga Bundanya Putri
ini ya, gengs.
After breaking the fast, we headed to the nearest mosque
to perform Maghrib prayers. Putri’s mom suggested praying at the mosque because
there was no water at Putri's house to take an ablution. Clean water is got by
Putri’s mom from a neighbor's well which is quite far from the house. This is
the extraordinary power of Putri’s mom.
Sekitar
pukul 19.00, kami bercengkrama di dalam rumah. Cerita dari rumah ini pun
membuat ku menganga takjub. Rumah ini dibangun sendiri oleh Bundanya Putri
dengan menyusun batu bata satu demi satu. Kalian akan melihat kurang rapinya
batu bata itu tersusun tapi menurutku ini keren sih untuk pemula. Ada rasa
ingin tahuku muncul dan kutanyakan seketika itu, “Kalo atapnya bunda sendiri
juga yang bikin?” Bunda tersenyum dan menjawab, “Bunda minta tolong sama tukang
yang mau bunda bayar seratus ribu untuk masang atap itu. Tapi ternyata atap
yang Bunda beli kurang, jadinya kalau hujan, rumah banjir. Makanya tempat
tidurnya dikelilingi sama plastik jadi kalo hujan masih bisa tidur didalam
rumah.” Terkejut untuk kesekian kalinya disini dan membuatku terdiam membisu
lagi. Cerita ini seakan-akan menusuk hatiku bertubi-tubi. Perih gengs. Rumah
yang beralaskan spanduk-spanduk yang tak terpakai dan juga karpet dari Pasar
Second. Dapur yang sungguh kurang memadai, beratapkan spanduk saja.
Around 7:00 pm, we had sharing time in the house. The
story of this house also amazed me. This house was built by Putri’s mom herself
by arranging bricks one by one. You will see that the bricks are not neatly
organized but in my opinion, this is cool for beginners. My curiosity arose and
I asked immediately, "Is the rooftop also you who made it?" She
smiled and answered, "I asked for help from the craftsman who was willing
to be paid 100k rupiahs to install the rooftop. But it is not perfect installed
because lacking of asbestos, so when it rains, the house is flooded. That's why
the bed is covered by plastic so when it rains, we still can sleep inside the
house." I was surprised for the umpteenth times here and made me
speechless again. This story seemed to pierce my heart repeatedly. I am very
sad, gengs. A house floor which is covered by the unused banners and carpet
from the Second Hand Market. The kitchen is inadequate, just roofing by the
banners.
You are raised by an outstanding mom and absolutely you will be one also |
Bunda menambahkan
ceritanya, “Nggak apa-apa dengan keadaan seperti ini, asalkan anak-anak bisa
makan dan sekolah. Itu lebih dari cukup.” Nah gengs, Bundanya Putri ini harus
berhenti bekerja sebagai penusuk sate dikarenakan omset penjualan sate
berkurang. Alhamdulillahnya, masih bisa bekerja sebagai tukang sapu di SD Juara
yang digaji per bulan sekitar 300rb. Kalau aku sih, 300rb nggak kemana lah ya
kan dalam sehari dua hari. Apabila Bundanya Putri kehabisan sembako, bunda
sering meminta sembako ke teman dekatnya yang kebetulan juga janda. Intinya
saling tolong menolong dalam keadaan susah ataupun senang.
Putri’s mom continued her
story, "It's okay with this current condition, as long as my children can
eat and study at school. It is more than enough." Btw, Putri’s mom
should stop working as a satay skewer because the sales turnover is reduced
drastically. But alhamdulillah, she still work as a sweeper in Juara Primary
School and paid around 300k rupiahs per month. For me, 300k rupiahs will run
out for a week only or sometimes less than a week. When Putri’s mom runs out of
food, she often asks for food to her close friend who is widow also. The point
is helping each in difficult or happy times.
All praise belongs to Allah. This is how we say to thank Allah for everything. |
Aku
pribadi, sangat salut mendengarkan cerita dari Bundanya Putri ini. Dari sinilah
kita harus banyak bersyukur karena bisa hidup lebih baik – tidur nyenyak
dikasur empuk, punya piring dan sendok untuk makan, atap rumah yang kokoh dan
nggak kemasukan air kalau hujan, makan cukup, dan banyak lagi yang bisa kita
syukuri setiap harinya. Nah, sudah saatnya kita membuka mata untuk menolong
sesama. Ini nih quote yang paling aku sukai dan menjadi pedoman hidup aku:
Rasullulah shalallahu ’alaihi wassalam bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah
yang bermanfaat bagi manusia lainnya” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ath-Daruqutni
dihasankan oleh al-Albani didalam Shahihul Jami’ No. 3289).
Personally,
I am really relieved listening to the story of Putri’s mom. This is where we
have to be thankful for being able to live better - sleep well in a soft bed,
have plates and spoons to eat, a stong roof and not leaking by the water when
it rains, enough food, and more that we can be thankful for every day. It's
time to open our eyes to help others, gengs. This is the quote that I love the
most and become my motto of life: Rasullulah sallallaahu 'alaihi wassalam said,
"“The best of human is he who beneficial to other humans"
(Narrated by Ahmad, ath-Thabrani, ath-Daruqutni, al-Albani and shahih in
al-Albani in Shahihul Jami’ no. 3289).
Pukul
20.30, saatnya kami berdua berpamitan dan Bundanya Putri merangkai doa untuk
kami, "Semoga rejekinya lancar, dimudahkan segala urusannya sama Allah.
Amiin. Kapan-kapan main lagi kerumah Putri ya Miss. Bunda seneng ada temen
cerita." Kami balas dengan kata inshaallah.
At 8.30pm, it was the time for us to leave and Putri’s
mom made a dua for us, "Hopefully, Allah always gives you a good
sustenance and always has an ease from Allah in all of your affairs. Amiin.
Just visit by again ya, Miss. I am happy having a friend to talk to." We
replied with Inshaallah.
Kuy
orang-orang baik, yang ingin memberikan manfaat dengan membantu Bundanya Putri
untuk menyekolahkan Taufik yang sebentar lagi masuk SD, berbagi perlengkapan
dapur (Sendok, piring, dll), berbagi sembako untuk makan sehari-hari,
memperbaiki atap rumahnya, dll; bisa menghubungi Miss Icha ya lewat komen
diblog ini, DM di Instagram @icha.elfkirsch, ataupun via email risha.ur@gmail.com.
Calling out to good people who wants to help Putri’s mom
to send Taufik who will soon enter the primary school, share cutleries (Spoons,
plates, etc.), donate daily needs, repair the roof of the house, and etc.; You
may approach me via comment in this blog, DM on Instagram @icha.elfkirsch, or
via email risha.ur@gmail.com.
Terimakasih
sudah menyempatkan untuk membaca cerita ini, sampai jumpa dicerita selanjutnya!
:)
Thank
you for taking the time to read this story, CU in the next exciting story,
gengs! :)