Menikmati Sarapan Khas Melayu di Pulau Penawar Rindu, Belakang Padang
Dah Oktober
akhir aja ya kan? Gimana nih Oktober kalian? Aku doain goal-goal yang kalian
ingin capai, tercapai ya. Kalo belum juga tercapai, take your deep breath
and start it over!!
Kali ini aku mau nge-sharing tentang salah satu pengalaman aku sarapan ke Pulau Penawar Rindu.
ALASAN KENAPA
AKU SARAPAN KE BELAKANG PADANG?
Yang bikin pengalamanku istimewa kali ini karena aku ditemani oleh salah satu sahabat aku yang pernah tinggal disana dimasa kecilnya dulu, Nur Alifia Maulida. Perjalanan ke Belakang Padang terasa lebih nyaman karena dia paham betul akan seluk beluk Belakang Padang. Dari tempat wisata yang recommended sampai makanan khas yang bisa dicicipi dengan harga yang sangat affordable.
Workmate
aku ini lah yang selalu ngebuat suasana di office itu lebih hidup, dari
candaan receh sampai debat kusir perihal ini itu. We love to share random
topics and end up teasing each other. Pernah juga kami diem-diem-an karena
nggak ada yang mau ngalah pas lagi ber-argumen, esoknya dah baikan lagi kok. Rumit
ya persahabatan cewek-cewek ini? Nggak cuma rumit tapi nggemesin juga. Pasti
kamu juga punya workmate kesayangan kan?
Nah, kenapa aku
tetiba pengen sarapan di Belakang Padang? Pernah tuh di pagi hari yang cerah, Fia
dengan asiknya bercerita tentang kegiatan rutinnya bersama keluarga sarapan di
Belakang Padang. Dalam hati ku berkata, “Seru nih sarapan kesana sesekali.” Selang
beberapa minggu, aku ajak si Fia buat sarapan di Belakang Padang, tanpa
berpikir panjang dia meng-iya-kan dengan gurat kebahagiaan diwajahnya.
Pada hari Sabtu, 29 Oktober 2022 pukul 7.30 pagi, kami berangkat dari Batam menuju Belakang Padang.
PULAU BELAKANG
PADANG, PULAU PENAWAR RINDU
Pulau Belakang Padang disebut sebagai Pulau Penawar Rindu, mitos yang aku dengar kalau dirimu rindu akan sesuatu atau seseorang, rindumu akan terobati. Namanya mitos ya kan, boleh percaya atau enggak.
Hanya ditempuh
dengan waktu sekitar 15 menit, kamu bisa sampai di Belakang Padang dengan menggunakan
transportasi yang sudah disediakan di Pelabuhan Domestik Sekupang, Batam, yaitu
dengan Pompong atau Boat Pancung. Dibandrol dengan harga tiket sekali jalan 20
ribu rupiah.
Transaksi pembelian tiket di loket Pelabuhan Domestik Sekupang, Batam |
Harga parkir kendaraan di Pelabuhan Domestik Sekupang sangat terjangkau seperti list dibawah ini:
Harga parkir kendaraan di Pelabuhan Domestik Sekupang |
Naik Pompong
itu seru banget, selain kamu bisa merasakan ombak-ombak kecil yang beradu
dengan pompong yang kamu naikin, kamu juga bisa merasakan semilir angin yang segar.
Melihat laut bisa juga sebagai salah satu healing lho. Dilansir oleh www.halodoc.com,
terkait dengan hubungan menghabiskan waktu ke pantai dengan kesehatan mental,
Orfeu Buxton, profesor kesehatan dari Pennsylvania State University, mengatakan
gemerisik debur ombak di pantai bersama desiran pasir dan hembusan angin laut
dapat memberikan sensasi menenangkan. Bahkan, suara ombak diyakininya adalah
bunyi-bunyian yang dapat membantu mencapai kondisi meditasi yang maksimal serta
memperkuat fungsi otak. See! Laut itu sangat menenangkan. Siapa juga nih
yang suka healing di tepi laut?
Naik Pompong menuju Belakang Padang |
Selfie didalam Pompong |
SARAPAN
DI KOPI AMENG, BELAKANG PADANG
Karena emang
niatnya mau sarapan disini, jadi kami langsung bergegas ke tempat makan yang
ingin dituju, yaitu Kedai Kopi Ameng. Kedai yang berdiri sejak tahun 1980-an
ini didirikan oleh Pak Ameng dengan ciri khas kopi hitam yang dibuat oleh
tangan khusus orang China Melayu yang berada di pulau Tanjung Batu.
Menikmati sajian khas Melayu di Belakang Padang |
Terdapat
banyak menu makanan dan minuman yang disediakan, dari berbagai macam prata, olahan
mie, lupis, teh tarik, kopi, dan berbagai macam paket nasi juga ada. Kami memesan
prata kosong, mie goreng, lupis, teh tarik es dan juga teh tarik panas. Sembari
menimati setiap suap makanan yang kami pesan, kami bercerita ngalor-ngidul sampai
kedainya pun penuh sesak oleh para penikmat kuliner yang berdatangan dari pulau
seberang.
Kedai Kopi Ameng, kedai ter-legend di Belakang Padang yang wajib kalian kunjungi |
Kedai Kopi
Ameng ini harus masuk ke bucket list kalian kalau kalian berkunjung ke
Belakang Padang ya karena kedai kopi ini legend banget.
MENJELAJAHI
BELAKANG PADANG DENGAN BECAK
Becak adalah
salah satu moda transportasi yang bisa digunakan di Belakang Padang. Untuk harga
dari becaknya sendiri itu tergantung dari jarak tempuh tujuan kita. Nah,
kebetulan aku pengen mengitari Belakang Padang dengan becak nih. Melihat
Belakang Padang dari dekat adalah salah satu tujuanku berkunjung kali ini.
Terdapat puluhan becak berjajar menunggu penumpang didekat Kedai Kopi Ameng |
Dengan jarak tempuh 8km, harga yang dibandrol adalah 60 ribu rupiah (Bisa ditawar ya! Kalo aku sendiri, nggak nawar, karena mengayuh becak needs more effort). Supir becak yang bakal nemenin kami berkeliling Belakang Padang adalah Pak Keling. Dengan kearifan lokal dan keramahan penduduk, Pak Keling bercerita tentang Belakang Padang dengan senang hati dan ternyata Pak Keling adalah salah satu tetangga dari keluarga Fia. Pak Keling yang berdialek khas Melayu, membuatku tertarik mendengarkan cerita demi cerita nostalgia mereka. Fia juga menceritakan setiap sudut dari Belakang Padang yang pernah menjadi bagian dari kenangan masa kecilnya.
Pak Keling, pengayuh becak kami yang sudi berbagi cerita berharga |
Pak Keling dengan terbuka bercerita tentang permasalahan kesehatan yang sedang dideritanya,
yaitu pembengkakan jantung. Yang notabene, Pak Keling harus bolak balik ke
salah satu Rumah Sakit di Batam untuk pemeriksaan rutin. Pekerjaan sebagai
pengayuh becak adalah satu-satunya pekerjaan yang bisa dilakukan untuk
menghidupi keluarganya, walau dalam keadaan sakit.
Mendengar
cerita yang menyayat hati, aku dan Fia saling bertatap muka. Tatapan kami penuh
dengan rasa syukur karena kami masih diberikan kesehatan, bekerja dibawah segarnya
AC, akses yang mudah ke Rumah Sakit yang berada di Batam, dan banyak lagi hal
yang kami bisa syukuri.
Pak Keling juga bercerita tentang kemajuan yang telah dicapai di Pulau Penawar Rindu ini.
Mereka telah memiliki gardu listrik dari PLN, penyulingan air, sekolah-sekolah
yang sudah mulai berkembang fasilitasnya, dan pembangunan-pembangunan lainnya
yang sedang dirancang oleh pemerintahan setempat.
Pak Keling juga
mempersilahkan kami untuk berhenti dan mengambil foto di spot-spot yang menurut
kami sangat layak untuk diabadikan dalam bidikan kamera.
Foto di salah satu jembatan penghubung antara kampung satu dengan kampung lainnya |
Foto didepan rumah apung |
Salah satu foodcourt di Belakang Padang yang ramai didatangi di sore atau malam hari |
Pukul 12.30 siang, kami bertolak ke Batam dengan membawa kenangan yang patut untuk dirangkai dalam blog ini.
Sampai di Batam dengan selamat. Alhamdulillah |
HIKMAH
DALAM PERJALAN INI
Pergilah
meng-explore tempat-tempat wisata ataupun hidden gem! Akan selalu ada
cerita menarik dan pelajaran hidup yang bisa diambil.
Melihat budaya
khas suatu suku lebih dekat, membuat pikiran kita lebih terbuka akan makna
Bhinneka Tunggal Eka.
Mensyukuri apa
yang sudah kita punya karena kadang atau bahkan sering, kita melupakan nikmat
yang telah diberikan oleh Allah. Karena dengan bersyukur, membuat beban hidup
terasa lebih ringan dan we feel content & positive.
Nah, kalian
pernah ke Belakang Padang belum? Cerita menarik apa nih yang kalian punya
setelah berkunjung?
See you on another exciting trip! |
SOURCE:
·
Belakang Padang,
Batam - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
·
Sering
ke Pantai Bagus untuk Kesehatan Mental, Ini Penjelasannya (halodoc.com)